Ilmu pengetahuan yang berfungsi sebagai alat
mengolah fikiran dan tutur bahasa sudah pasti sangat diperlukan, bahkan bisa
dikatakan sebagai modal utama seorang dai dan para intelektual. Dari sekian
banyak disiplin ilmu yang menjadi perhatian dan kita pelajari, salah satu ilmu
penunjang pengolahan fikiran dan tutur bahasa adalah ilmu manteq atau yang bisa
disebut dengan ilmu logika. Dalam mempelajari bidang ilmu logikan ini perlu
kita catat dan kita angan-angan dawuhnya Imam Al Ghozali "Sesungguhnya
orang yang tidak menguasai Ilmu Manteq, maka tidak dapat dipertanggung jawabkan
pengetahuannya" dari perkataan ini bisa kita bayangkan betapa
pentingnya mempelajari bidang ilmu ini, terlebih lagi untuk para santri agar
mereka bisa berfikir secara sistematis, kritis dan analisis, sehingga pengetahuannya
terhindar dari kesalahan. Hal ini tidak
jauh dengan apa yang diutarakan oleh penggubah Nadhom Sullamul Munawroq Sayyid
Abdur Rahman al Akhdlori
...... فَالْمَنْطِقُ لِلْجِنَانِ # نِسْبَتُهُ
كَالنَّحْوِ فِيْ اللِّسَانِ
فَيَعْصِمُ
اْلاَفْكَارَ عَنْ غَيِّ الْخَطَا # وَعَنْ دَقِيْقِ الْفَهْمِ يَكْشِفُ الْغِطَا
·
………Bahwa Ilmu Mantiq itu berhubungan dengan hati
sebagaimana Ilmu Nahwu berhubungan dengan Lisan.
·
Oleh sebab itu Ilmu Manteq bisa menghindarkan
kesalahan dalam berpikir dan bisa membuka tutup kefahaman yang sangat sulit.
Dengan
demikian tidak salah kalau Imam Ghozali dan para imam lainnya mengatakan
demikian, setelah kita menelaah bersama beberapa devinisi manteq yang
disampaikan oleh para pakar ilmu ini, semuanya, meskipun berbeda dalam redaksi,
tapi intinya adalah sama yaitu Bagaimana cara berfikir yang baik, teliti dan
hati-hati agar tidak salah dalam mengambil keputusan atau menetapkan satu
keputusan.Oleh karena itu tidak salah bagi kita untuk mempelajari bidang ilmu
ini.
Melihat
komentar Nadhom di atas, bisa dikatakan bahwa kaedah-kaedah ilmu manteq atau logika
itu berfungsi menuntun dan membimbing kita untuk belajar befikir yang jernih,
kreatif, baik dan benar, tak jauh berbeda kalau kita mempelajari kaedah-kaedah ilmu
nahwu yang berfungsi membimbing lisan agar benar dan jelas dalam berbicara.
Kita bisa melihat dan memahami dalam dua nadhom
terdapat kata الْمَنْطِقُ. Kata ini
berasal dari madli نَطَقَ yang berarti berfikir atau bertutur kata yang benar,
selain itu kata logika juga berasal dari bahasa Yunani, Logos artinya fikiran
atau kata sebagai pernyataan dari fikiran. Dengan demikian bisa diartikan
bahwa Manteq atau logika adalah Ilmu yang mempelajari fikiran yang dinyatakan
dalam bahasa.
Selain itu
kalau ditelusuri lagi terdapat kata وَعَنْ دَقِيْقِ الْفَهْمِ yaitu
pengidhofahan sifat kepada Maushufnya, artinya masdar الْفَهْمِ dalam nadhom terebut menggunakan maknanya Isim Maf'ulm dengan demikian bisa diartikan bahwa kalau kita mau
memahami dan mentelaah ilmu manteq atau logika kita bisa memahami satu
kefahaman yang sulit dengan sejelas-jelasnya tanpa kesulitan.
Meskipun demikian lebih baiknya kita mengetahui bagaimana asal peletakan ilmu
manteq atau logika itu sendiri.
Melihat sejarahnya, ilmu logika
berasal dari Yunani dan diletakkan pertama kalinya oleh Soerates, kemudian
dikembangkan oleh Plato dan disempurnakan dan dilengkapi oleh Aristoteles (322-382
M) dengan menyusun pembahasan ilmu ini secara rapi dan teratur, sehingga
dipandang oleh para ilmuan dialah bapak ilmu manteq. Selain Aristoteles,
Parphyrius (233-306 M) juga termasuk orang yang berjasa mengembangankan ilmu
logika dengan sumbangannya berupa pasal yang disebutnya dengan Eisagoge
yang selanjutnya lebih dikenal dengan pasal Klasifikasi atau pasal كليات
الخمسة.
Pada abad ke VII M setelah agama Islam berkembang
pesat tepatnya. dan daerah kekuasaannya melebar ke berbagai belaahan dunia
dengan kota Baghdad sebagai pusat
aktivitas filsafat dan ilmiyah dunia Islam bagian timur dan kota Cordoba
(Spanyol) sebagai pusat studi dunia Islam bagian barat. Karya-karya Yunani, Persia dan
Siryani pun mulai mendapatkan perhatian untuk diterjemahkan ke dalam bahasa
Arab terutama bidang ilmu Logika yang kemudian dinamakan ilmu Manteq.
Dari
sekian banyak kitab terjemahan bahasa Ajam ke bahasa Arab yang menerangkan ilmu
ini, tapi perlu diketahui, orang yang pertama kali menerjemahkan Ilmu Logika
Yunani adalah Johanes bin Patrik lahir 815 M dalam buku yang bernama Maqulat
Asyarat li Aristo (Kategori Karya Aristoteles). Meskipun dia adalah orang
yang pertama kali menerjemahkan buku manteq Yunani ke bahasa Arab, tapi
penerjemahan yang paling lengkap dan baik adalah hasil karya Filosof Islam
kondang yaitu Al Kindi (719-863 M) seperti yang dikatakan oleh Ya'kub an Nahwi,
selain itu juga ada Ishaq bin Husain (wafat tahun 911 M), Yakum Ad Dimasyqi
(wafat tahun 914 M) dan Maltius Al Mantiqi (wafat tahun 940 M). Tapi setelah
ditelaah oleh penerusnya terutama oleh Imam Al Farabi (873-950 M) masih
dianggap kurang, karena masih banyak penerjemahan Istilah-istilah Yunani ke
dalam bahasa Arab yang masih kacau belum berseragam.
Ilmu
Logika mengalami kemajuan pada masa kejayaan pada masa pemerintahan Islamm
terutama ketika berada di tangan-tanga orang seperti Imam Ghozali (1059-1111
M), at Tibrizi (wafat tahun 1109 M), Ibnu Bajah (1100-1138 M), al Asmawi
(1198-1283 M), as Samarqondi (wafat tahun 1291 M) dan al Abhari (wafat tahun
1296). Tapi pada penghujung abad XIII M. muncul fatwa yang mengharamkan
mempelajari Logika, sehingga sejak saat itu kegiatan dan perkembangan pemikiran
dunia Islam mulai surut dan sebaliknya di Eropa semakin bangkit yang kemudian
lebih dikenal dengan sebutan zaman Renaissance (kebangkitan).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar