Selasa, 10 Juli 2012

Ilmu Logika Sebagai Alat Menata Pola Fikir dan Bahasa

Ilmu pengetahuan yang berfungsi sebagai alat mengolah fikiran dan tutur bahasa sudah pasti sangat diperlukan, bahkan bisa dikatakan sebagai modal utama seorang dai dan para intelektual. Dari sekian banyak disiplin ilmu yang menjadi perhatian dan kita pelajari, salah satu ilmu penunjang pengolahan fikiran dan tutur bahasa adalah ilmu manteq atau yang bisa disebut dengan ilmu logika. Dalam mempelajari bidang ilmu logikan ini perlu kita catat dan kita angan-angan dawuhnya Imam Al Ghozali "Sesungguhnya orang yang tidak menguasai Ilmu Manteq, maka tidak dapat dipertanggung jawabkan pengetahuannya" dari perkataan ini bisa kita bayangkan betapa pentingnya mempelajari bidang ilmu ini, terlebih lagi untuk para santri agar mereka bisa berfikir secara sistematis, kritis dan analisis, sehingga pengetahuannya  terhindar dari kesalahan. Hal ini tidak jauh dengan apa yang diutarakan oleh penggubah Nadhom Sullamul Munawroq Sayyid Abdur Rahman al Akhdlori


...... فَالْمَنْطِقُ لِلْجِنَانِ # نِسْبَتُهُ كَالنَّحْوِ فِيْ اللِّسَانِ
فَيَعْصِمُ اْلاَفْكَارَ عَنْ غَيِّ الْخَطَا # وَعَنْ دَقِيْقِ الْفَهْمِ يَكْشِفُ الْغِطَا
·         ………Bahwa Ilmu Mantiq itu berhubungan dengan hati sebagaimana Ilmu Nahwu berhubungan dengan Lisan.
·         Oleh sebab itu Ilmu Manteq bisa menghindarkan kesalahan dalam berpikir dan bisa membuka tutup kefahaman yang sangat sulit.

Dengan demikian tidak salah kalau Imam Ghozali dan para imam lainnya mengatakan demikian, setelah kita menelaah bersama beberapa devinisi manteq yang disampaikan oleh para pakar ilmu ini, semuanya, meskipun berbeda dalam redaksi, tapi intinya adalah sama yaitu Bagaimana cara berfikir yang baik, teliti dan hati-hati agar tidak salah dalam mengambil keputusan atau menetapkan satu keputusan.Oleh karena itu tidak salah bagi kita untuk mempelajari bidang ilmu ini.
Melihat komentar Nadhom di atas, bisa dikatakan bahwa kaedah-kaedah ilmu manteq atau logika itu berfungsi menuntun dan membimbing kita untuk belajar befikir yang jernih, kreatif, baik dan benar, tak jauh berbeda kalau kita mempelajari kaedah-kaedah ilmu nahwu yang berfungsi membimbing lisan agar benar dan jelas dalam berbicara.
Kita bisa melihat dan memahami dalam dua nadhom terdapat kata  الْمَنْطِقُ. Kata ini berasal dari madli نَطَقَ yang berarti berfikir atau bertutur kata yang benar, selain itu kata logika juga berasal dari bahasa Yunani, Logos artinya fikiran atau kata sebagai pernyataan dari fikiran. Dengan demikian bisa diartikan bahwa Manteq atau logika adalah Ilmu yang mempelajari fikiran yang dinyatakan dalam bahasa.
Selain itu kalau ditelusuri lagi terdapat kata وَعَنْ دَقِيْقِ الْفَهْمِ yaitu pengidhofahan sifat kepada Maushufnya, artinya masdar الْفَهْمِ dalam nadhom terebut menggunakan maknanya Isim Maf'ulm dengan demikian bisa diartikan bahwa kalau kita mau memahami dan mentelaah ilmu manteq atau logika kita bisa memahami satu kefahaman yang sulit dengan sejelas-jelasnya tanpa kesulitan. Meskipun demikian lebih baiknya kita mengetahui bagaimana asal peletakan ilmu manteq atau logika itu sendiri.
Melihat sejarahnya, ilmu logika berasal dari Yunani dan diletakkan pertama kalinya oleh Soerates, kemudian dikembangkan oleh Plato dan disempurnakan dan dilengkapi oleh Aristoteles (322-382 M) dengan menyusun pembahasan ilmu ini secara rapi dan teratur, sehingga dipandang oleh para ilmuan dialah bapak ilmu manteq. Selain Aristoteles, Parphyrius (233-306 M) juga termasuk orang yang berjasa mengembangankan ilmu logika dengan sumbangannya berupa pasal yang disebutnya dengan Eisagoge yang selanjutnya lebih dikenal dengan pasal Klasifikasi atau pasal كليات الخمسة.
Pada abad ke VII M setelah agama Islam berkembang pesat tepatnya. dan daerah kekuasaannya melebar ke berbagai belaahan dunia dengan kota Baghdad sebagai pusat aktivitas filsafat dan ilmiyah dunia Islam bagian timur dan kota Cordoba (Spanyol) sebagai pusat studi dunia Islam bagian barat. Karya-karya Yunani, Persia dan Siryani pun mulai mendapatkan perhatian untuk diterjemahkan ke dalam bahasa Arab terutama bidang ilmu Logika yang kemudian dinamakan ilmu Manteq.
Dari sekian banyak kitab terjemahan bahasa Ajam ke bahasa Arab yang menerangkan ilmu ini, tapi perlu diketahui, orang yang pertama kali menerjemahkan Ilmu Logika Yunani adalah Johanes bin Patrik lahir 815 M dalam buku yang bernama Maqulat Asyarat li Aristo (Kategori Karya Aristoteles). Meskipun dia adalah orang yang pertama kali menerjemahkan buku manteq Yunani ke bahasa Arab, tapi penerjemahan yang paling lengkap dan baik adalah hasil karya Filosof Islam kondang yaitu Al Kindi (719-863 M) seperti yang dikatakan oleh Ya'kub an Nahwi, selain itu juga ada Ishaq bin Husain (wafat tahun 911 M), Yakum Ad Dimasyqi (wafat tahun 914 M) dan Maltius Al Mantiqi (wafat tahun 940 M). Tapi setelah ditelaah oleh penerusnya terutama oleh Imam Al Farabi (873-950 M) masih dianggap kurang, karena masih banyak penerjemahan Istilah-istilah Yunani ke dalam bahasa Arab yang masih kacau belum berseragam.
Ilmu Logika mengalami kemajuan pada masa kejayaan pada masa pemerintahan Islamm terutama ketika berada di tangan-tanga orang seperti Imam Ghozali (1059-1111 M), at Tibrizi (wafat tahun 1109 M), Ibnu Bajah (1100-1138 M), al Asmawi (1198-1283 M), as Samarqondi (wafat tahun 1291 M) dan al Abhari (wafat tahun 1296). Tapi pada penghujung abad XIII M. muncul fatwa yang mengharamkan mempelajari Logika, sehingga sejak saat itu kegiatan dan perkembangan pemikiran dunia Islam mulai surut dan sebaliknya di Eropa semakin bangkit yang kemudian lebih dikenal dengan sebutan zaman Renaissance (kebangkitan).


Tidak ada komentar:

Posting Komentar